'Cause there'll be no sun on Sunday

Here, we, are.

Aku menulis beberapa kata. Mungkin tentang kehidupan akhir-akhir ini. 
Maybe yes, I missed him.
Semua kekacuan pada akhir 2014 sampai awal tahun ini mengubah hampir semua part hidupku, tanpa kusadari perlahan membuatku menyadari betapa berharganya hidup ini. Dicintai dan dianggap ada, diperhatikan dan diabaikan--semua terasa nyata.

Bahkan tentang rahasia.
Beberapa rahasia muncul. Beberapa rahasia kuketahui, beberapa sangat, mengejutkan. Apa yang aku cari sebenarnya tidak ada lagi. Mereka datang bergantian. Mungkin seperti wadah terbaik, aku mendengar semua yang mereka risaukan. Rasanya hidupku pernah di ambang batas. Rasanya hidupku fantasi. Dan rasanya sekaranglah aku mendengar. Lirih hati yang bahkan tak mampu mereka utarakan. Aku mencoba untuk lebih tegar. Bagaimanapun juga, banyak masa buruk yang telah terlewat, banyak masa ajaib yang memberiku kekuatan untuk menjadi "wadah terbaik" itu. 

Kadang diriku sendiri tak mengerti bagaimana Tuhan menentukan takdir tiap manusia--dan aku tetap bersyukur dengan terpilihnya aku dalam kontes Hunger Games ini. Allah choose me. Dia memilihku karena mungkin aku seperti Katniss Everdeen yang mampu bertahan hingga akhir. Karena aku kuat dan karena aku pantas menyandang ini. Walaupun kadang aku menangis sendiri dalam hutan pikiranku, semua itu karena aku hanyalah aku. Aku manusia biasa. Katniss menangisi ibunya, dan aku juga.

Seperti biasa, ini hanyalah ketikan gadis random delapan belas tahun yang masih belajar. Masih belum paham sepenuhnya. Masih berbuat kesalahan. Begitulah.

Yah, anyway...
Hampir 5 tahun. Sama seperti biasanya, seperti yang kubaca dalam Alquran, semua yang bernyawa pasti akan mati. Tapi mati dengan cara yang berbeda. Salah seorang Firaun misalnya, harus mati tenggelam.  Atau seperti dia yang kupandangi dengan mata penuh air--hampir 5 tahun yang lalu. Aku menyaksikan kematiannya. Jadi, apa lagi?
Maybe I miss u, dad.
Aku rindu kebaikanmu. Rindu candamu. Rindu apapun yang kau lakukan. Rindu kebiasaanmu. Bahkan aku sempat berpikir apakah aku akan menyusulmu?
Maybe, we, all, miss you.
Pagi ini, aku ngobrol ringan dengan Mama, sampai pada pemikiran...Pa, terimakasih telah mengajariku tentang pentingnya kebersamaan. Ya, bahwa kebersamaan itu lebih utama daripada mencari kesenangan masing-masing. Bagaimana saling menguatkan. Serta bagaimana membuat joke atau sekadar menjadi orang yang dapat membuat orang lain bahagia. Mungkin engkau hanya menemaniku selama 14 tahun. But you've taught me everything. Sebulan sebelum aku ulang tahun yang keempatbelas, kau pergi. And you would never back.

 I love you,

Comments