Posts

Showing posts from 2021

Hari Pertama di Kyoto: Pengalaman Pergi ke Jepang bersama Suami saat Pandemi

18 November 2020 Tepat setahun lalu kami pertama kali menginjakkan kaki di negeri sakura. Disambut dengan suhu belasan derajat, saat itu masih memasuki musim gugur. Masih kuingat dengan jelas suasana pagi itu saat seorang petugas bandara membagikan beberapa lembar kertas—yang aku masih bingung juga karena minim bahasa Inggris—lalu ia mengumumkan sesuatu kepada seluruh penumpang pesawat saat itu (dengan tetap berbahasa Jepang, lol ). Jarum jam menunjukkan pukul 7 pagi, suasana pesawat menjadi sedikit ramai karena penuhnya penumpang saat itu dan sepertinya mereka tidak betah menunggu berlama-lama (aku juga bingung, padahal sedang masa pandemi ya). Akhirnya, setelah menunggu pembagian kloter keluar, kami pun dipersilakan keluar dari pesawat. Saat itu,  di rombongan kami ada aku, suamiku, dan tiga temanku yang lain yang ikut serta dalam penerbangan itu. Saat kami keluar, kami berjalan mengikuti koridor yang sudah dipersiapkan oleh panitia (semacam satgas covid bandara Kansai). Banyak sek

kerumitan isi kepala pukul 22.27

terkadang aku ingin ditemukan dan dipahami, tapi kadang aku juga ingin tak terlihat. bagaimana pertentangan batin itu bisa terus menerus terjadi? entahlah . kadang aku ingin tulisan-tulisan di blog ini dibaca oleh orang-orang, tapi di sisi lain aku ingin ini menjadi tempat persembunyian terbaikku untuk menumpahkan perasaanku tanpa takut akan dikomentari atau di judge oleh orang-orang. aku ingin ditemukan sekaligus menghilang di saat yang bersamaan. begitulah. betapa rumitnya diriku ini.

pada suatu malam musim dingin di Kyoto

Kyoto, 01 Februari 2021 Memasuki bulan ke-2 sejak kami tinggal di Jepang. Musim gugur dengan daun kemerahan lalu berganti dengan hamburan salju yang turun pelan-pelan dari langit. Akhirnya, salah satu wishlist- ku untuk menyaksikan salju bersama dengan orang yang kucintai sudah berhasil kucapai. Check . Benar-benar suatu hal yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya untuk bisa tinggal di sini sekarang mengingat betapa pandemi menerjang seluruh belahan bumi dan melumpuhkan semuanya. Bagaimana sebuah makhluk tak kasat mata benar-benar memberhentikan gerak dunia dan seisinya. Sungguh mengerikan sekaligus membuktikan betapa manusia ini makhluk yang sangat lemah dan tidak memiliki kendali terhadap apapun. Tapi, pada akhirnya, takdir tidak pernah salah sasaran. Apa yang sudah ditakdirkan untuk kita--untuk terjadi di dalam hidup kita--tidak pernah tertukar dengan milik orang lain. Tidak pernah juga meleset. Jadi walaupun banyak hambatan, rintangan, ketakutan, dan sedikit keputusasaan akibat