Kembali ke Jaman Edan

Well, tugas TKI kali ini sungguh membuat inner soul-ku bangkit setelah terkubur bertahun-tahun. SEJUJURNYA AKU SUDAH TAU BAND INI (Re:Seringai) DARI SMP (HAHAHAHAHAH) karena aku juga terjerumus masuk ke penikmat band-band cadas (semua ini gara-gara kakakku, hiks).

Burgerkill, Gugat, Siksakubur, Seringai...yah gak asing lagi sih namanya bagiku. Tapi sebenernya aku ga terlalu fond of band heavy metal dari Indonesia. Sebatas "pernah denger" aja sih. Aku lebih ke penikmat lagu-lagu cadas dari band luar, kaya: Metallica, System of A Down, Slipknot, Guns & Roses, Avenged Sevenfold, Dream Theather, AC/DC, Scorpions, dan Deep Purple. Duh kan jadi membuka kenangan masa-masa emo yang telah lalu.

Nah berhubung eksistensiku sebagai perempuan mulai dipertanyakan (dulu sebelum memutuskan berhijab, aku pernah punya rambut pendek banget dah kaya cowok lah sampe pernah dipanggil mas *sedih*), aku mulai meninggalkan lagu-lagu cadas menjadi lagu-lagu pop akustik barat (jauh bener hijrahnya). Dan sekarang malah terdampar di korea-koreaan. TOLONGGG HAHAHAHA (karena jujur aja K-music ini begitu consuming my life).

Anyway, balik lagi, kali ini aku akan bahas tentang tugas TKI...yakni bikin suatu interpretasi dari lagu band ini:
Seringai (sumber: http://buas.weebly.com/uploads/5/9/1/6/5916696/123234_orig.jpg)

Lagunya berjudul Kilometer Terakhir. Yaampun, dengerin lagu ini berasa balik dulu pas hidup di jaman edan (emo-emo gajelas, labil, tomboy banget, rambut kayak mas-mas). Tapi, somehow ada strange feeling di dalem hatiku yang ngerasa de ja vu. Kayak perasaan ga asing muncul lagi. Gitu.

Nah bagi yang belom tau, ini nih lirik lagunya:

Seringai - Kilometer Terakhir
Melompat ke sadel dan kuhantam sang selah

Melawan arah, kutantang maut, indah

Serigala lepas,
melesat di jalan,
kilometer terakhir

Ya ku hampir tiba,
kilometer terakhir

Kubakar bensin,
mesin ini meradang

Pa cu mo tor,
kutuju matahari
Tancap!

Serigala lepas,
melesat di jalan,
kilometer terakhir

Ya ku hampir tiba
Kilometer terakhir
Hajar!

Melesat dijalan,
ya kuhampir tiba

Angin menerpaku,
serigala lepas

Roda berputar,
kilometer terakhir

Hampir esok,
seperti kemarin

Kilometer terakhir! 
  ---

Menurutku, lagu ini walaupun kesannya secara harfiah itu kaya geng motor yang lagi mo konvoi, tapi sebenernya ada hidden message gitu. Cieh. 

Dari bait-bait pembuka, bisa dirasakan bahwa si "aku" itu orangnya suka tantangan. Dia langsung action buat mencapai goals-nya. Dan asiknya lagi, si "aku" ini orangnya outstanding karena dia beda "arah" dengan kebanyakan orang (misalnya nih saat semua orang pengen jadi pegawai, dia milih jalan jadi pengusaha gitu), dan dia berjuang untuk itu walaupun banyak resiko yang mungkin bakal dihadapinya. Jadi dia tuh ga ngikutin arus kaya orang-orang pada umumnya, justru karena ga jadi follower itulah, dia bisa ngerasain asiknya jadi dirinya sendiri buat mencapai goals-nya. Indah.

Dia ibaratin dirinya bagai serigala, yang menurut orang Romawi dan Mesir kuno, serigala itu lambang keberanian. Jadi, berani maju terus pantang mundur gitu buat sampe goals-nya. Kalo di kota asalku, Surabaya, arek-arek Suroboyo juga terkenal nih dengan hal semacam ini yaitu spirit "bonek"-nya alias "bondo nekat". Pokoknya kerjain dulu, kejar dulu, dengan modal seadanya, gagal sukses urusan belakang yang penting modal nekat!

Nah, terus si "aku" yang pantang menyerah ini udah mulai ngeliat akhir dari perjalanannya. Tujuannya udah mulai hampir tercapai. Mimpi-mimpinya udah di depan mata. Tinggal dikit lagi, kilometer terakhir. Makanya, dia bukannya makin loyo, tapi malah makin semangat. Hal ini ngingetin aku banget sama kondisiku yang sekarang. Aku bentar lagi lulus, udah jadi "swasta" alias mahasiswa tingkat akhir. Kelulusan udah di depan mata. Dan biasanya nih, mahasiswa tingkat akhir gini ini yang suka pada loyo, kehilangan motivasi, udah lelah kuliah...bahaya banget kan, padahal tinggal dikit lagi udah lulus.

Di sini, si "aku" terus mendorong dirinya supaya ga nyerah. Walaupun capek setengah mati, walaupun meradang, walaupun silau kena panas matahari (tujuannya terlihat kabur dan gajelas). Tapi dia tetep semangat, karena udah tinggal dikit lagi. Garis finish udah kelihatan! Bahkan pas ada hambatan (diibaratkan angin), dia makin semangat. Kaya sebelum-sebelumnya, dia udah di tengah perjalanan yang nanggung banget karena udah hampir banget nyampe tujuan (hampir esok, seperti kemarin).

Well, secara keseluruhan, dapat disimpulkan kalo lagu ini "ngena" banget buat aku dan anak-anak yang udah hampir lulus lainnya. Secara pribadi, ngedengerin lagu ini selama beberapa hari (aku puter-puter terus, bahkan aku save di handphone juga) bikin aku sadar kalo aku udah sampai di sini, di kilometer terakhir perkuliahan ini. Aku harus semangat dan gaboleh males-malesan! Terus, nanti setelah lulus, aku jadi terinspirasi buat menentukan jalanku sendiri (ga ngikutin tren yang ada). Tapi sejujurnya masih bingung juga sih, belom ada gambaran real-nya gitu. Tapi yang pasti, lagu band Seringai ini udah bikin aku seneng dan terinspirasi.

Ya, sekian dari interpretasi lagu band Seringai - Kilometer Terakhir ini. Nantikan postingan berikutnya!

- Lacuptea

Comments