Hazel Eyes (2)

Rintik hujan perlahan membasahi naungan pohon trembesi. Aku berjalan, memerhatikan langkahku, berusaha melupakan apa yang terjadi akhir-akhir ini. Senyumnya kian pudar dari memoriku--dan menurutku itu pertanda bagus. Aku akan segera lupa padanya. Ya, segera.

Bising dari sahut-sahutan para mahasiswa memenuhi koridor. Aku tak begitu peduli dengan mereka, toh aku juga tak kenal. Kupercepat langkahku sambil tak memikirkan apapun. Tiba-tiba pundakku ditepuk. "Mairaaa!"
   "AH!"
"Mau kemana nih?"
   "Mau ke perpus, Za."
"Ohhh, ikut yaaah? Sekalian deh aku lagi pengen cari buku referensi!"
   "Yaa, boleh."

Sepanjang jalan, Azalea terus menerus mengoceh ini-itu. Kesimpulannya, dia sedang kangen dan ingin bertemu seseorang. Kebalikannya, aku sedang menghindari seseorang. Secara harfiah. Kami satu kampus, dan memang peluang untuk bertemu dengannya memang ada. Aku tak ambil pusing, toh kami beda fakultas. Hidupku masih tenteram, aman dan damai. Aku terus memikirkan banyak hal sampai...
"MAIIII! Kamu dengerin aku nggak sih?! Huh!"
   "Iya Zaa, dengerin kok. Kamu pengen ketemu Garry, kan?"
"Iyaaa, abis, aku pengeeen banget ketemu! Aku kangen...hiks... Gimana ya caranya ketemu uuuuh!"
   "Kamu tau nggak, kita malah akan ketemu orang yang nggak pengen kita temui lho!"
"Emang gitu ya?"
   "Iya. Jadi kalo berharap dan kepengen ketemu, malah nggak ketemu. Justru kebalikannya, kalau nggak pengen ketemu, anehnya ntar malah ketemu!"
"Hooooo, kalo gitu, aku gak pengen ketemu Garry!"
   "Ucapan itu doa lho, Za..."
"AAAH! KAMU NGEBETEIN DEH MAI!"
   "Hahahhahahaha!"

Aku terus mengutak-atik laptopku, sambil sesekali melihat layar ponsel. Notifikasi line membanjiri ponselku. Ih, apaan sih ga penting. Aku kembali fokus pada layar laptop. Ini juga ngeselin banget. Internetku entah mengapa belum bisa tersambung ke WiFi area. Sementara, dibalik rak-rak yang tinggi, Azalea sibuk mencari buku yang diinginkannya. Semakin lama aku semakin putus asa. Ditambah lagi MP3 playerku sedang galau rupanya. Dari tadi, track yang dimainkan berbau cinta. Hmmmm.. Aku mengempaskan tubuhku ke sandaran kursi. Aku pun dengan malas memalingkan wajah kearah depanku--lalu kudapati sosok yang familiar, sepertinya sih, Faza. Dan aku tercekat.
Hai, selamat bertemu lagi..
Aku sudah lama menghindarimu 
Sialkulah kau ada di sini
Sungguh tak mudah bagiku
Rasanya tak ingin bernafas lagi 
Tegak bediri di depanmu kini 
Sakitnya menusuki jantung ini 
Melawan cinta yang ada di hati
Lirik itu merasuk kedalam otakku. Membeku. Ya, perlahan, dan mengalir. Suara Maudy Ayunda mulai tergantikan oleh degup jantungku. Inikah arti dari ucapanku?
"Jadi kalo berharap dan kepengen ketemu, malah nggak ketemu. Justru kebalikannya, kalau nggak pengen ketemu, anehnya ntar malah ketemu!"
 Tuhan, mengapa dari semua tempat yang ada di kampus sebesar ini, dia harus ada di hadapanku? Kenapa Tuhan? Apakah Engkau mengujiku?

Dan..upayaku tahu diri.. 
Tak slamanya berhasil 
Pabila kau muncul terus begini 
Tanpa pernah kita bisa bersama 
Pergilah,menghilang sajalah lagi
 Abimanya. Ia duduk di sebelah Faza, tepat dihadapanku dan sedang memunggungiku. Jantungku tak karuan. Sial. Sialan. Kenapa. Kenapa dia harus ada disini? Ingin aku pindah dari lantai ini. Saat aku akan mengangkat laptopku, tiba-tiba Azalea kembali dengan membawa dua buah buku. Ia taruh buku-buku itu di samping laptopku. Aku setengah mati menahan gugup.
"Udah, Za?" 
   "Beluuuum Mai, ah kamu ini buru-buru ajaa! Tunggu aku bentar lagiiii deh yaaa!"
"Ya, ya cepat ya."

Bye, selamat berpisah lagi
Meski masih ingin memandangimu
Lebih baik kau tiada di sini 
Sungguh tak mudah bagiku 
Menghentikan sgala khayalan gila
 Jika kau ada dan ku cuma bisa
 Meradang menjadi yang di sisimu 
Membenci nasibku yang tak berubah
Ia menepuk pundakmu. Kalian terlihat akrab. Aku mati-matian pura-pura sibuk berkutat dengan laptop--agar kau tak melihatku. Abimanya, apakah kau menyukai gadis itu? Kau tersenyum padanya. Aku sudah mulai gila sepertinya. Batinku menjerit kepada Tuhan, semoga kau--atau Faza--tak menyadari kehadiranku dibelakang kalian. Perlahan kau bangkit dan membereskan laptopmu, begitupula Faza. Kau pergi. Aku melirikmu dari balik layar laptopku.

Dan..upayaku tahu diri 
Tak slamanya berhasil
Pergilah,menghilang sajalah 
Pergilah,menghilang sajalah lagi...
Abimanya, jangan pernah muncul di kehidupanku lagi. Sudah cukup kau kacaukan diriku. Sudah cukup kau merebut kewarasanku. Dan sudah cukup kau pernah baik padaku. 

Oke?

Maira.

Comments