lima juli duaribudelapanbelas.

akhirnya aku memberanikan diri untuk menuliskannya. setelah sekian lama aku terdiam; melalui juli begitu saja. juli yang begitu menyakitkan. juli yang akan selalu kuingat.

hari itu, lima juli duaribudelapanbelas, membuatku tersadar bahwa tak ada yang 'selamanya' di dunia ini. hari itu aku tersadar bagaimana bisa dua orang yang saling mencintai menjadi saling melepaskan. begitu pahit hingga tak ada satupun air mata yang menetes. 

begitu saja. hanya begitu saja. enam tahun itu berakhir begitu saja.

pada awalnya masih tak percaya bahwa semuanya telah berakhir. setelah berhari hari menangis karena hubungan yang tak kunjung jelas masa depannya, akhirnya, semua sudah selesai. selesai. end. seperti film-film yang kutonton. tak ada season 2, 3, dan seterusnya. tak ada sekuel. sudah, begitu saja selesainya. awalnya saling mengharapkan menjadi saling melepaskan.

kuakui memang ketidakpastian itu mengerikan. walaupun dalam tiap detik kita hidup, selalu penuh dengannya. paling tidak, dengan sedikit kepastian, mencintai seseorang menjadi lebih mudah.

semua janji, kata-kata indah yang terlontar begitu saja, menjadi sangat diragukan. menjadi sebuah hubungan yang penuh keragu-raguan. padahal rasa cinta itu bahagia. apa bisa disebut cinta jika dalam hatimu saja ragu padanya?

sehari setelah hari itu, aku masih belum bisa menangis. setelah hari-hari sebelumnya kuhabiskan dengan tangisan habis-habisan tiap harinya, hingga mataku bengkak, kepalaku pusing, dan tidak nafsu makan--akhirnya saat semuanya terjadi, air mataku malah enggan keluar.

mencintai seseorang dapat membuatmu menjadi egois. hingga kini, aku juga nggak percaya akan "yang penting dia bahagia, aku ikut bahagia. walaupun tidak denganku". sungguh omong kosong. aku manusia realistis. jika aku mencintainya, aku ingin dia denganku. bahagia karenaku, bahagia bersamaku.

tapi, apa semua ini? setelah kejadian hari itu, kepercayaanku untuk mencintainya memudar. bagaimana bisa, dia sebagai penentu hubungan ini hanya bisa menangisi keadaan dan bertanya balik padaku. hey, menurutmu, aku bisa apa? coba katakan padaku.

saat aku melewati tempat-tempat di bandung, aku menangis dalam diam. justru bukan perasaan megah seperti cinta yang membuatku kehilangan. hal-hal kecil. hanya hal-hal kecil, yang biasa kita lakukan, canda yang kita lontarkan di parkiran, dia memasangkan helm di kepalaku, dia membawakan tasku, dia tertawa saat aku berjalan, bergandengan tangan sebelum menyeberang jalan, dia menungguku muncul sambil makan jajanan, dia dengan sandal crocsnya yang sangat kubenci, dia dengan tatapannya yang membuatku merasa perempuan paling beruntung di muka bumi ini. 
dia yang kini bukan lagi milikku.

memilukan. sangat memilukan. tak ada perpisahan yang bahagia.

jadi, jangan mencintai jika ragu.
jangan mencintai jika tak pasti.
karena bagaimanapun juga, jika terus melakukannya,
yang terluka bukan kamu. tapi hatimu.

Comments