how love can destroy us inside

"Nduut! Kapan olahraganya? Tuh perut udah mau meledak"
"Ihhhh kapan kurusnya sih kamuuu? Jajan terusss!"
"Makin lama makin subur makmur deh!"
"Ayodong olahragaa, tidur mulu gimana bisa kurus, yang ada malah kaya karung beras!"
"Ndut!!!! Kamu tuh yaa, ampun deh--

 --Ndut!"

Aku menatap kosong ke langit langit.

Lihat aku sekarang.

Katamu, aku akan kurus jika aku olahraga.
Katamu,
aku akan kurus jika aku nggak tidur terus.
Katamu juga,
aku akan kurus jika aku nggak jajan terus.

Tapi disini, sekarang, beratku turun lima belas kilo.

Aku nggak olahraga.
Kerjaanku tidur tiduran natap langit-langit.
Aku kunyah semua cemilan ini sampai lantai kamarku dipenuhi oleh plastik pembungkusnya.

Air mata mengalir lagi.

Aku kurus sekarang.
Aku kurus.
Kamu harus tau aku kurus,
katamu,
kalau aku kurus, kamu makin sayang padaku.

Tapi kenapa,
aku justru ingin gendut lagi?

Karena saat aku gendut,
justru kamu selalu ada untuk mengomeliku.

Aku kurus,
karena kamu nggak ada.

Karena suaramu nggak akan bisa kudengar lagi selain dari video player di hpku yang sudah remuk berkeping-keping layarnya.

 Aku kurus,
karena aku hanya bisa berkhayal menemuimu lagi,
tapi aku nggak bisa--


--karena kamu bahkan sudah tidak ada di dunia ini lagi.


--Lacuptea
(I cried a lot while typing this.)

Comments