baik...atau nggak ya?
Kadang di hidup ini,
perbuatan yang kita lakukan nggak bisa difenisikan semudah hitam dan putih.
Manusia seringkali hidup di daerah "abu-abu", yang ga dengan mudah
dikatakan baik atau nggak baik. Salah benar. Karena kebenaran itu sifatnya
relatif.
Nah dari situ,
muncullah istilah "etika" dan "moral".
Menurut Franz Magnis
Suseno, Etika adalah kajian tentang moral.
Maksudnya???
Moral itu perlu dikaji
karena moral ga bisa diaplikasikan secara universal. How we decide
right or wrong. Nah moral sendiri itu adalah nilai atau aturan tentang mana
yang baik dan buruk untuk memutuskan suatu perkara. Gitu.
Misalnya nih, buat
orang Jawa Timur, terutama Surabaya (karena saya orang Surabaya lol), orang
yang ngomongnya kasar (dalam artian blak-blakan) dan suaranya keras itu nggak
dianggep buruk, malah dianggep akrab gitu. Kalo ngomongnya halus kayak orang
Jawa Tengah atau orang Sunda, malah dianggep kayak menjaga jarak atau ada
maksud lain gitu. Jadi nggak akrab. Kebalikannya, kalau buat orang Sunda dan
Jawa Tengah, ngomong keras (dan kasar) dianggap buruk dan nggak ber-unggah-ungguh.
Jadi suatu tindakan atau perilaku yang dianggap baik di suatu daerah tertentu
belum tentu berlaku di daerah yang lainnya.
(disclaimer:
Bukan saya mau rasis atau gimana, sekadar contoh real aja. Kalau kalian
merasa nggak seperti yang saya gambarkan, gak papa kok, ini menurut saya aja
dan berdasar pengalaman saya)
Etika dan moral ini
sebenernya banyak banget di dunia ini dan secara sadar atau nggak sadar
memengaruhi kita di kehidupan sehari-hari. Biasanya, saking udah
"terbiasa"nya, kita udah dapat melakukannya secara refleks dan nggak
pakai mikir-mikir lagi karena sudah menjadi habit sehari-hari.
Nah sekarang, aku
mau mengangkat satu topik yang sebenernya ga baru juga sih, tapi bisa
mengundang banyak sudut pandang beda. Ada yang pro dan kontra. Topik itu
adalah tentang mencontek.
Mencontek--hal yang
paling nggak--pernah kita lakukan minimal sekali seumur hidup. Ayo ngakuu!
Hahahah. Munafik banget yang bilang nggak pernah mencontek di jaman sekarang.
Walaupun sereceh nyontek tugas, nyontek pas ulangan, atau nyontek
laporan. Pasti pernah deh. Kecuali kamu anak tunggal dan kamu homeschooling,
sih. Pengecualian.
Ngomong-ngomong
tentang mencontek, di kalangan akademisi sepertiku ini (yang lagi kuliah),
tentunya (dengan miris) lazim mengetahui banyak yang melakukan penyontekan (termasuk diri sendiri, maaf saya khilaf). Dan yang paling umum dan
paling sering dicontek (dan nyontek) adalah laporan. Jaman-jaman kuliah begini,
ngerjain laporan udah kaya makan. Tiap hari. Hidup itu berasa dikuasai laporan.
Pengen buang semuanya, pengen tidur aja, tapi I need to pass. Matkul
wajib soalnya. Mau ga mau deh akhirnya ngerjain (matkulnya seneng sih, praktikumnya
asik sih, laporannya enggak). Belom lagi kalo lagi sumpek, lagi butut, gabisa
mikir (karena di-push terus buat nulis dan deadline-nya nyata di
depan mata). Akhirnya....ya, nyontek.
Ternyata setelah
melakukan survey ke 20 responden dari univ XX dari berbagai jurusan yang
beda, mereka juga sama, 75% pada nyontek laporan. Paling sering laporan kakak kelas
atau laporan temen yang dianggap "dewa" dan terajin seangkatan.
Rata-rata, mereka tau sih kalau nyontek ga baik, tapi juga dibumbui dengan
berbagai alasan sehingga seolah-olah nyontek itu "fine-fine"
aja. Misalnya nyontek karena cari inspirasi, udah mepet deadline, gatau harus mulai dari mana,
bingung nulis apa, tentunya dengan modifikasi sana-sini sehingga nggak plagiat
(bisa beda atau malah lebih baik dari sebelumnya!). Tuh kan, jadi bingung.
Inilah mengapa moral dan etika itu ga bisa diterapkan secara universal. Balik
lagi ke individu atau kelompok masing-masing.
Yah walaupun banyak
yang nyontek laporan, tapi ada juga nih yang nggak nyontek sebanyak 25% dari responden, ada yang bukan karena nggak
pengen, tapi memang sistemnya nggak memungkinkan untuk melakukan itu. Salut sih
sama sistemnya. Tapi ya, begitu, beda prodi sudah beda bentuk dan cara
pengoreksian laporan. Lagi-lagi ga bisa diuniversalisasi. Ada juga responden yang mengatakan dia nggak menyontek laporan karena perbuatan itu emang salah, dan juga dia bikin laporan tujuannya untuk jadi pembelajaran buat diri sendiri. Nah!
Begitulah.
Ternyata memang kita
sejauh ini memang hidup di dunia "abu-abu". Benar salah itu relatif,
ngeliatnya dari mana, tergantung gimana kondisinya. Selama kadar kebaikannya lebih tinggi, maka bisa
dikatakan lah perbuatan itu walaupun diketahui secara umum nggak baik, tapi
bisa disebut baik. Berlaku sebaliknya.
Bagi yang belom
nyadar, yaudah deh aku mau ngucapin selamat aja. Selamat datang di dunia
abu-abu!
-Lacuptea
Comments
Post a Comment