"Amour c’est donner sans mesure"
Source: Akino (https://www.zerochan.net/full/7259) |
Pernahkah kalian nonton Beauty and the Beast?
Kalian yang udah pernah nonton, pasti ingat kan asal mula Beast dikutuk?
Bagi
yang belum nonton, jadi begini nih ceritanya:
Beast
yang awalnya digambarkan sebagai pangeran sempurna tanpa cacat fisik, didatangi
oleh sesosok orang tua renta yang jelek. Orang tua tersebut hanya menginginkan
perlindungan dari badai, sebagai gantinya, dia menawarkan setangkai mawar.
Dengan sombongnya, pangeran itu malah menampik mawar yang ditawarkan kepadanya.
Orang tua itu sudah mengingatkan kepada pangeran bahwa jangan pernah tertipu
oleh penampilan. Tapi pangeran angkuh tersebut malah tertawa dan mencemooh si
orang tua, lalu mengusirnya dari istananya.
BOOM!
Tiba-tiba,
orang tua renta itu berubah menjadi sosoknya yang asli sebagai penyihir yang
sangat cantik. Penyihir itu pun melihat bahwa tidak ada cinta di hati pangeran.
Pangeran berusaha meminta maaf kepada penyihir—namun semua itu sudah terlambat.
Penyihir pun menyihirnya menjadi sosok yang sangat buruk rupa dan seperti
monster. Penyihir itu memberikan sebuah tantangan kepada pangeran, jika ia
mampu belajar mencintai, dan dicintai, sebelum kelopak mawar yang terakhir
gugur—maka sihir tersebut akan musnah dan ia dapat menjadi manusia lagi. Jika
tidak, maka ia selamanya akan menjadi Beast.
Nah,
dari cuplikan prolog cerita Beauty and The Beast itu, kita tahu bahwa Beast
bisa dikutuk karena tidak ada cinta di hatinya. Sebenernya, cinta itu apa sih?
Cinta
itu...hal yang sangat subjektif. Nggak ada pengertian standar tentang cinta
karena tiap orang dapat menafsirkannya secara berbeda. Menurutku sendiri, cinta
itu merupakan suatu jenis perasaan yang dapat menggerakkan hati manusia.
Menjadi peduli, menjadi lembut, menjadi ingin menjaga, menjadi apa yang semula
tidak terlihat menjadi terlihat, apa yang tidak terasa menjadi terasa. Cinta
itu sebuah perasaan yang paradoks—sesuatu yang sederhana namun kompleks dalam
waktu yang bersamaan.
Sebagai
orang yang beretnis Jawa, ada pepatah: tresno
jalaran saka kulina. Cinta karena terbiasa. Jadi, cinta itu juga bukan perasaan
yang terbangun hanya dari sekali interaksi, sekali bertemu, sekali tatap muka.
Jika ada yang menyatakan love at the
first sight—itu menurutku hanya ketertarikan berdasarkan fisik yang
terlihat. Tertarik belum tentu cinta. Seperti halnya Beauty and the Beast tadi,
Belle akhirnya jatuh cinta dengan Beast walaupun Beast buruk rupa karena mereka
terus berinteraksi saat Belle menjadi tawanan Beast. Perlahan-lahan, Belle
mengetahui sifat-sifat Beast. Ternyata dibalik penampilannya yang menakutkan,
Beast sebenarnya memiliki kebaikan hati. Beast juga ternyata menjadi
satu-satunya orang selain ayah Belle yang menganggap Belle bukan orang yang
aneh dengan hobinya membaca buku. Belle merasa Beast telah menerima dirinya apa
adanya—itulah yang menggerakkan hatinya.
Bicara
tentang Belle yang jatuh cinta dengan Beast, ngomong-ngomong aku juga pernah
jatuh cinta, dan menurutku itu perasaan terbaik dan terindah walaupun semu.
Karena bila kita jatuh cinta, perasaan, hati, dan logika kita akan serasa
dipermainkan. Kita akan membuat skenario sendiri sedemikian rupa sehingga kita
akan menjadi yang paling bahagia di dunia. Namun ternyata jika hal yang terjadi
tidak sesuai skenario kita, cinta itu dapat berubah menjadi benci. Cinta yang
rusak—sakit hati. Cinta yang destruktif, ingin orang yang dicintai merasakan
penderitaan yang kita rasakan.
Seseorang
yang jatuh cinta, pasti serasa ada keinginan yang membisik di dalam kepalanya
untuk mengetahui segala hal tentang orang yang dicintainya. Dia sedang apa, dia sudah makan belum ya,
apa yang dipikirkannya sekarang, apakah aku ini berarti baginya—dan seterusnya.
Pertanyaan yang semakin banyak itu akan menimbulkan dorongan bagi seseorang
untuk menyatakan cintanya. Dia ingin semuanya tidak lagi sebatas
angan-angannya. Dia ingin tiap waktunya bersama yang dicintainya, mengetahui apa
yang dilakukan dan dipikirkan orang yang dicintainya—dia, ingin memilikinya.
Tapi
nggak semudah itu bagi seseorang untuk menyatakan cintanya. Banyak hal yang
jadi pertimbangan. Apakah dengan
menyatakan perasaan cintanya maka dia akan menerimanya juga? Bagaimana jika
orang yang dicintai tidak mencintainya? Apakah setelah menyatakan perasaan
semua akan menjadi seperti yang diharapkan?–banyak ketakutan-ketakutan yang
akan merayapi hati seseorang. Menurutku sendiri, baik perempuan maupun
laki-laki yang ragu-ragu untuk menyatakan cintanya, hal itu dikarenakan mereka
tidak siap untuk menerima penolakan dan perubahan hubungan setelah cinta itu
diungkapkan. Kebanyakan dari seseorang yang mencintai orang lain secara
diam-diam itu karena dia telah nyaman dengan perasaan cintanya dan dia sudah
cukup dekat dengan seseorang yang dicintai. Sehingga mereka ragu-ragu untuk
menyatakan cintanya karena takut merusak hubungan nyaman yang telah terjalin.
Dari
sudut pandang orang lain—berdasar survey yang telah kami lakukan kepada 20
responden—mereka mendefinisikan cinta sebagai perasaan suka, peduli, perhatian,
percaya, rela berkorban, ingin memiliki, serta bahagia bersama orang lain. Salah
satu responden ada yang mengatakan bahwa cinta itu memberi tanpa batas, “Amour c’est donner sans mesure”. Suatu kerelaan untuk memberikan diri
seutuhnya tanpa batas untuk seseorang yang dikasihinya. Menurutku itu
pengertian yang sangat indah tentang cinta itu sendiri. Memberi tanpa batas, tanpa mengharapkan diberi.
Hanya
3 dari 20 responden yang mengaku tidak pernah jatuh cinta walaupun mereka bisa
mendefinisikan cinta itu sendiri. Sebagian besar responden yang mengaku pernah
jatuh cinta menyatakan bahwa cinta itu pada dasarnya membuatnya bahagia,
apalagi bila bersama dengan orang yang dicintainya. Membuat berdebar-debar,
kepikiran, ingin selalu menjaga, melindungi, dan di samping orang yang
dicintainya. Tapi, ada yang mengungkapkan bahwa jatuh cinta itu juga bisa
membuat cemas dan sedih, serta berbagai perasaan yang lain sehingga sulit untuk
digambarkan.
Bagi
mereka, mayoritas berpendapat bahwa mereka tahu mengapa menyatakan sulit bagi
laki-laki atau seseorang untuk menyatakan cinta. Hanya 2 dari 20 responden yang
tidak mengetahui mengapa laki-laki sulit menyatakan cinta, atau mengapa cinta
itu sulit diungkapkan. Bagi mereka yang tahu, mayoritas berpendapat bahwa
laki-laki atau orang tersebut malu, gengsi, takut ditolak (orang yang
dicintainya tidak memiliki perasaan yang sama), timing tidak tepat, dan takut
merusak hubungan pertemanan. Kebanyakan berpikir bila sudah berteman dekat dan
nyaman, bila dibumbui dengan kata “cinta” dapat membuat kecanggungan luar biasa
sehingga mereka tidak bisa dekat lagi seperti dulu. Mereka akan lebih memilih
untuk diam dan bisa dekat dengan orang yang dicintai walaupun itu berarti cinta
mereka tidak akan pernah tersampaikan.
Yah...begitulah
cinta,
Tampak
sederhana tapi juga rumit,
Tak
kan pernah habis bila dibahas.
--Lacuptea
Comments
Post a Comment